The damage has been done, virus corona tidak hanya memakan korban manusia, namun, virus ini bisa menghentikan laju hirukpikuk pariwisata. Karena itu, saya mencoba menuliskan sedikit tentang efek virus ini kepada saya sebagai salah satu stakeholder kegiatan pariwisata, juga efeknya terhadap dunia pariwisata pada umumnya.
Namun, sebelum membahas hal itu lebih lanjut, saya mau sedikit bercerita efek virus ini buat saya dulu deh. Apalagi, semua yang saya takutkan sejak Januari 2020 awal sekarang beneran terjadi.
Ya! Dari Januari saya sudah mengikuti perkembangan tentang Virus Corona atau Covid 19 ini di berbagai media online. Sebenarnya saya lupa kapan saya mulai mengikutinya. Namun yang jelas, saya makin waspada semenjak virus corona ini sudah memasuki Asia Tenggara.
Kalau nggak salah, ketika Covid 19 diberitakan terdeteksi di Bangkok Thailand, saya langsung memikirkan apa yang harus saya lakukan kalau yang terburuk terjadi. Kalau virus ini masuk ke Indonesia. Meski bisa dibilang Wuhan atau Thiland itu jaraknya masih ribuan kilometer, namun di era traveling seperti sekarang, rasanya jarak begitu tidak berarti.
Karena itu, ketika saya tahu kalau Covid 19 terdeteksi di Thailand, saya langsungn memutuskan lebih cepat pulang dari Bali. Padahal kalau sesuai rencana saya, waktu itu saya akan berada di Bali sampai akhir Februari 2020 untuk membuat beberapa video motovlog. Namun hal itu urung saya lakukan, demi keselamatan saya sendiri.
Saya juga sempat menolak halus beberapa undangan famtrip sebagai travel blogger. Salah satunya ada juga yang ke Bangkok Thailand. Ya, meski masih beberapa kasus saja di Thailand, tetap ngeri juga. Karena di Wuhan waktu itu sudah banyak kasus positif virus corona. Dan, setahu saya waktu itu, virus ini bisa dengan mudah menular. Selain itu, karena ini virus baru, semuanya serba tidak jelas. Pilihan terbaik ya #dirumahsaja sementara.
Jadi sebelum tagar #dirumah saja viral kemana mana, saya sudah berdiam diri dirumah dari awal februari 2020. Sampai saya menulis ini, artinya sudah 2 bulan lebih saya puasa traveling. Beruntung, saya nggak punya tiket perjalanan yang harus dibatalkan. Jadi saya tidak perlu repot mengurus pembatalan tiket apapun.
Apa Efek Virus Corona Covid 19 Buat Pekerjaan Saya?
Bisa dibilang, efeknya sangat berasa sekali. Karena sebagian besar pekerjaan saya berhubungan dengan pariwisata. Itu artinya, kalau virus ini tidak segera hilang, yah ada kemungkina saya cuti sementara dari traveling dan jalan jalan sampai semuanya selesai. Buat saya, kesehatan lebih penting dari sekedar ego. Tinggal #dirumahsaja sambil nonton film box office untuk sekarang adalah yang terbaik.
Meski hampir 70 persen pendapatan berasal dari dunia pariwisata. Sebelumnya malah ada di 90 persen bergantung pada pariwisata. Namun, untuk jaga-jaga misal terjadi perang dunia ketiga yang mungkin bisa pariwisata ambruk, saya mulai mengurangi ketergantungan mendapatkan penghasilan dari pariwisata. Lha tapi kok ternyata perang itu datang lebih cepat. Tanpa peringatan, perang itu datang. Bukan perang antar manusia, tapi perang antara manusia dengan virus.
Dengan cepat dunia pariwisata melambat, perjalanan terhenti, dan kondisi dunia menjadi seperti sekarang ini. Singkatnya, pada bulan Maret kemarin, untuk pertama kalinya tidak ada satu project pun yang berhubungan dengan pariwisata sejak tahun 2015 lalu. Biasanya, minimal sekali dalam sebulan ada project yang berhubungan dengan pariwisata yang hasilnya cukup untuk hidup nyaman selama sebulan. Entah itu undangan famtrip, konten placement hingga endorsement sebagai travel influencer.
Penghasilan dari Adsense sebenarnya masih jalan. Cuma, penghasilan Google Adsense saya itu 90 persen ya berasal dari niche Transportasi dan Pariwisata. Jadi, kena efek juga. Mungkin sebentar lagi penghasilan bakalan turun ke titik terendah karena traffic pencarian yang berhubungan dengan Travel dan Transportasi juga menurun. Youtube juga kayaknya sama, saya melihat trend jumlah iklan yang tayang menurun, meski traffic tetap dan bahkan cenderung naik.
Bisa dibilang, semuanya kena efek corona, dan dunia pariwisata adalah salah satu yang paling dahsyat terkena dampaknya. Rasanya… kayak mimpi saja. Seperti di film-film box office yang biasa saya tonton di bioskop. Sayangnyya, semua ini terjadi di kehidupan nyata. Jadi tidak akan ada super hero semacam avenger yang akan menyelamatkan dunia.
Hahaaa! Sedihnya lagi, kalau melihat cara pemerintah merespon wabah Virus Corona Covid19 ini rasanya kok bakal lama selesainya. Selain itu, saya nggak yakin pariwisata bakal cepat recover selama vaksin untuk virus baru ini belum ditemukan.
Perjalanan lintas negara sudah tentu juga bakal lebih sulit kalau vaksin belum ditemukan. Lalu, orang juga bakal takut untuk melakukan perjalanan, kalau Virus Corona masih bebas berkeliaran. Apa iya Virus Corona ini bisa hilang satu dua bulan? Saya enggak tahu, tapi kalau melihat data-data yang ada, saya realistis saja. Ini bisa menjadi lebih lama dari yang diperkirakan.
Cuma berharap ada keajaiban terjadi saja kali ya. Kalau baca-baca sekilas, paling cepat pariwisata mulai menggeliat menjelang akhir tahun, paling lambat ya bisa tahun depan. Tentu saja, kalau melihat respon pemerintah sekarang, lebih baik saya mengasumsikan kalau pariwisata mulai normal di tahun depan, alias tahun 2021. Ya, saya bukan pesimis, tapi realistis saja.
Efek Corona Untuk Pariwisata Apa?
Dari akhir Januari sebenarnya sudah mulai terlihat dampak virus ini. Bali yang biasanya penuh sesak terlihat lebih lengang. Mungkin karena itu pemerintah sempat akan mengeluarkan dana promosi pariwisata lewat influencer sebesar 72 Miliar, seperti yang diberitakan oleh beberapa media di bulan februari. Waktu itu kalau menurut saya, ya dana itu akan percuma ketika virus masuk ke Indonesia.
Bisa dilihat sendiri sekarang, pariwisata ini seakan terhenti. Dari data beberapa web niche pariwisata yang saya kelola, trafficnya hilang sekitar 50 persen lebih. Iklan bertema pariwisata dari google adsense juga seakan hilang tak berbekas. Hampir tak terlihat sama sekali, dibanding biasanya selalu muncul iklan dari berbagai travel agent besar. Memang masih ada, tapi ya dikit banget dan ratenya bisa dibilang ancur.
Di lapangan, sudah pasti banyak para pelaku pariwisata yang babak belur. Lockdown dimana-mana, pesawat banyak yang tidak terbang. Itu berarti, tak ada kegiatan pariwisata berjalan. Beberapa waktu lalu bahkan saya sempat lihat video kondisi beberapa daerah di Bali yang sangat sepi. Padahal kalau normal, pada bulan sekarang harusnya penuh sesak oleh wisatawan.
View this post on Instagram
Bagaimana lagi, Virus Corona ini memang tak punya ampun. Bukan hanya merenggut korban jiwa, tapi juga merusak ekonomi pariwisata. Sampai kapan? Hanya Tuhan yang tahu. Yang jelas, kalau menurut saya industri pariwisata setelah virus corona mereda akan berbeda. Minimal, sampai virus ini hilang dari muka bumi. Kalau belum, orang pasti masih ragu untuk bepergian. Terutama, kalau berkunjung ke daerah atau negara yang masih terjangkit virus corona.
Respon Saya Terhadap Disrupsi Bisnis Pariwisata Oleh Virus Corona Atau Covid19 Ini Bagaimana?
Kalau dibilang pusing ya pusing, tapi manusia enggak bisa terus pusing lalu gak ngapa-ngapain. Yang bisa saya lakukan ya beradaptasi. Minimal, saya bersyukur masih bisa bertahan untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan sehat. Ya, meski harus rela melihat tabungan berkurang tiap bulan dengan pendapatan yang cenderung menururun.
Tentu saja, saya enggak bisa bergantung pada tabungan sampai tahun depan. Harus ada sesuatu yang bisa menstabilkan pendapatan. Paling tidak, pendapatan bulanan bisa kembali ke batas minimal standard saya. Dan, ketika pariwisata tidak terlalu menghasilkan, saya harus memutar otak, mencoba mendapatkan penghasilan dari niche yang lainnya.
Seperti misalnya, saya bakal rutin membuat konten dan mencoba mendapatkan uang tambahan dari bloggerpi.com ini. Beruntung saya punya dua website blog yang tidak membahas tentang niche traveling. Dan, sekarang menjadi salah satu penyumbang pendapatan yang lumayan di Google Adsense.
Belum banyak memang jika dibandingkan dengan penghasilan dari niche pariwisata. Tentu saja belum bisa sustain untuk bulanan, tapi target saya sih bisa naik dan menghasilkan uang yang cukup lumayan selama terjadi disrupsi seperti sekarang. Yang penting, saya harus tetap sehat saja untuk bisa terus bekerja.
Selain itu, efek #dirumahsaja saya juga mulai belajar di bidang lainnya. Saya mulai fokus belajar ternak ikan di rumah yang ada di desa dan mungkin belajar berkebun. Seharusnya ikan ternak saya sebentar lagi panen, tapi karena efek Virus Corona Covid 19, harga jual bisa dibilang lumayan ancur. Jadi harus saya tahan dulu sampe 1 dua bulan. Kalau makin ancur, yah, mau gak mau dilepas. Yang penting balik modal dulu. Atau ada yang berminat membeli ikan gurami di kolam saya dengan harga yang normal?
Selain itu, saya bakal aktif lagi jadi programmer deh. Minimal mau mulai coba jualan jasa buat website atau blog plus SEO Marketingnya. Untuk daftar paket jual blog websitenya menyusul. Nanti bakalan dibuatin daftarnya di bloggerpi.com ini. Yang minat, boleh kontak saya langsung. Terakhir, saya hanya berharap, semoga mimpi buruk ini segera berakhir, dan kehidupan bisa berjalan normal lagi ya. Amin! Setuju?