Kalau saya nggak nulis travelblog, mungkin saya nggak pernah menginjakkan kaki di New Zealand!

“ Difoto pake kamera apa ya mas?”

Sering banget gue menemui pertanyaan model begini. Kalau lagi nganggur biasaya ya gue pasti jawab. Malah gue berbaik hati dengan menulis topik khusus tentang bagaimana memilih kamera yang cocok untuk traveling yang bisa dibaca dengan klik link ini.

Nah untuk kali ini, gue mencoba berbagi bagaimana cara berkarya dengan keterbatasan. Terutama dalam fotografi.

Oke, Flashback ke masa gue SMA dulu ya!

Soalnya gue mulai menggemari yang Namanya fotografi ya waktu masih SMA. Waktu itu gue sering membaca ensiklopedia yang isinya banyak foto menarik dari seluruh dunia. Mungkin gara-gara itu gue mulai suka dengan fotografi, dan berkeinginan untuk melihat dunia.

Sayangnya waktu itu gue belum punya kamera. Kebetulan, di SMA saya ada klub/ekstrakurikuler Jurnalisme yang ada posisi fotografernya.

Kesempatan! Tanpa berpikir Panjang, langsung deh daftar ikut di posisi fotografi. Gara-gara itu saya jadi punya kesempatan untuk memegang kamera digital pertama kalinya. Kalau gak salah ingat, kamera digitalnya masih 3 megapiksel! Tapi gue udah seneng banget, bisa belajar fotografi juga akhirnya!

Kalau saya nggak nulis travelblog, mungkin saya nggak pernah menginjakkan kaki di New Zealand!
Kalau saya nggak nulis travelblog, mungkin saya nggak pernah menginjakkan kaki di New Zealand!

Intinya, kalau mau diusahain, pasti ada jalannya. Berkarya juga nggak harus melulu menunggu punya. Bisa dimulai dengan pinjem, atau dengan memaksimalkan perlengkapan yang dipunyai.

Gue memulai karir travel blogger juga dengan kamera pinjaman. Bisa dibilang, mulai suka mendokumentasikan jalan-jalan waktu akhir masa kuliah. Dan waktu itu gue belom punya kamera sendiri, minjem kamera pocket dari sodara dan kadang pinjem temen. Salah satu hasilnya adalah dokumentasi jalan kaki dari Malang ke Bromo.

Baru setelah bekerja, gue bisa beli kamera sendiri. Jadi, kalau ada bilang, “gue mau belajar fotografi, bikin vlog, tapi gue gak punya kamera”. Mulailah bekerja, agar bisa membelinya. Apa aja, asal kerjaan halal. Terakhir gue beli kamera mahal, gue kerja jadi tukang kue di Australia.

Serius! Tapi gak harus selalu dengan kamera mahal dan canggih ya!

Selama ini gue memang tak memperdulikan seberapa canggih gadget yang gue punya, seberapa mahal atau seberapa lengkap peralatan gue untuk menghasilkan sebuah karya. Namun metode yang gue pake, gue harus bisa memaksimalkan alat yang ada punya untuk menghasilkan karya yang tidak biasa.

Baca Juga:  Tiada Peradaban Tanpa Energi

Sekedar informasi saja, hanya dengan kamera second dua jutaan dan laptop biasa gue bisa meramaikan blog catperku.com (dulu catperku.info), dan  menerbitkan buku pertama saya tentang bali yang berjudul The Traveler Notes : Bali The Island Of Beauty.

Nggak perlu gadget mahal dan canggih dulu, maksimalin aja yang dipunyai sekarang
Nggak perlu gadget mahal dan canggih dulu, maksimalin aja yang dipunyai sekarang. Nanti bisa upgrade pelan pelan kalau udah ada dana!

Dalam prosesnya, gue gak pernah memikirkan harus memakai kamera seperti apa. Apakah yang spseifikasinya top, atau yang paling mahal. gue cuma peduli dengan kamera yang sesuai dengan budget, dan paling tidak bisa memenuhi kebutuhan saya.

Karena masih pemula, kebutuhan gue waktu itu ya hanya mengambil foto yang menarik untuk ilustrasi blog catperku, dan pada akhirnya foto-foto tadi juga gue gunakan untuk ilustrasi dua buku buku saya yang diterbitkan oleh gramedia.

Pun, bukan berarti gue nggak pengen upgrade. Lambat laun memang gue merasa perlu kamera yang lebih mumpuni dan lebih ringan. Jadilah waktu perjalanan traveling ke Jepang selama 13 hari di tahun 2013, gue beli sebuah kamera mirrorless 4 jutaan. Gara gara itu budget traveling ke Jepang membengkak hingga 20 juta lebih.

Lagi-lagi gue hanya memaksimalkan kamera itu, menguasainya sebanyak mungkin, dan rajin berlatih untuk mengambil foto yang bagus. Meskipun tiap tahun ada produk baru yang merayu untuk dibeli, gue bertahan dengan kamera mirrorless pertama saya selama 3 tahun lebih, dan sekarang pun masih gue pake.

Hasilnya dengan kamera yang tergolong standard itu gue bisa berkeliling ke beberapa negara di asia dan beberapa tempat di Indonesia. Beberapa gratis, barter nulis dan bahkan ada juga yang dibayar.

Sekarang saya lagi ingin banyak bikin konten video, banyak bikin vlog. Sebenarnya pengen banget upgrade laptop yang kenceng dan enak buat edit. Sayang budgetnya lagi kepake buat upgrade kamera. Jadi ditahan dulu deh. Kalau buat edit vlog sih, udah banyak software edit video gratisan seperti disini.

See! Gak perlu gadget atau kamera mahal untuk berkarya. Menurut gue, gadget atau kamera yang bisa kamu punya adalah alat bantu terbaikmu untuk berkarya.

Baca Juga:  23 Cara Merawat Kucing Kampung Jadi Cakep Seperti Kucing Ras!

Daripada bingung mencari gadget seperti apa, lebih baik segera mulailah berkarya saat ini juga!

Bener kan!??

Oh hi there 👋
It’s nice to meet you.

Sign up to receive awesome content in your inbox, every month.

We don’t spam! Read our privacy policy for more info.

Info: Jika Anda memerlukan Jasa Freelancer Pembuatan Blog, Website, Toko Online, SEO, dan Digital Marketing, jangan ragu untuk hubungi Bloggerpi Digital lewat email di [email protected] atau hubungi kami lewat WA sekarang di sini!

Rijal Fahmi Mohamadi

Starting my career as a Software Engineer, I have now become a Digital Marketing enthusiast with core skills in SEO (Search Engine Optimization), writing, Search Engine Marketing (SEM), Social Media, and SEO Data Analysis. I enjoy working remotely, helping businesses grow and achieve profitability with my expertise. PS: Although Software Engineer is no longer my main profession, I can still code! I am proficient in PHP and am seriously learning Python for data analysis.

8 comments on “Berkarya Dalam Keterbatasan!

  1. Bener. Kadang seberapa mahal+bagus kamera ga ngejamin bagus/tidaknya hasil akhir. Kadang untuk angle2 yang pas..lebih banyak ditentukan feeling si pengambil gambar.

  2. Ahh setuju banget bang, bertahan dulu dengan yg ada, sambil belajar terus, dan berkarya, insyaallah jika sudah waktunya impian yg tadi merayu akhirnya kesampaian juga

  3. Betul.. betul..
    Saya waktu pertama kali belajar foto di kampus juga blm punya kamera sendiri. Dulu msh pake film dan kamera analog jd saya bayarin deh filmnya pas hunting foto bareng sm yang punya kamera. Jd sy bs ikutan bljr foto meski cuma 4-5 frame aja udh senang bannget tuhh..

  4. Apalagi sekarang kamera smartphone juga udah amat sangat bagus dan bisa sekali menunjang agar mendapatkan foto yang bagus. Halah nulisnya belibet. Intinya, pake smartphone juga udah cakep sekarang 😀

  5. menurut saya gimna pun gearnya gk menjamin bagus tidaknya pengambilan gambar itu kembali lagi ke pemakainya gimna cara dia buat explore suatu objek dan menjadikan sudut pandang tersebut menarik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *