
Saya yakin, ada banyak yang belajar dari Google Core dan spam algorithm update oktober tahun 2023 ini. Termasuk saya.
Jujur, ini pertama kalinya sebagian besar website yang saya kelola trafficnya turun, lumayan parah.
Bahkan, website yang saya bangun secara manual, dan branding dengan hati hati, tanpa metode grey ataupun blackhat SEO.
Lucunya, konten yang dibuat dengan bantuan AI ( Chat GPT ), malah bertahan.
Website spam tempat saya riset SEO yang pernah mati suri mulai hidup lagi dan ada pergerakan positif seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Lalu ada juga, website ( kelanakids.com ) yang memang fokusnya ke satu niche saja, didukung dengan jualan produk yang bisa dibilang berkualitas malah bertahan dari Google Update Apocalypse Oktober ini.
Padahal tidak ada effort yang terlalu banyak di sisi SEO, hanya update produk dan konten blog yang relevan sesekali saja.
Baru kali ini saya dibikin bingung, sebenarnya penyebabnya apa?
Karena pada update kali ini, SERP terlihat begitu aneh, dan tidak sesuai dengan guideline Google E-E-A-T.
Okelah, daripada makin bingung, lebih baik dibuat dokumentasinya saja toh? Sekaligus berbagi di Bloggerpi.
Dimulai dari apa saja yang saya audit untuk membuat hipotesa.
Key Takeaways
Beberapa Pola Menarik Yang Saya Temukan Pada Google Update Apocalypse Bulan Oktober 2023
Dengan banyak perubahan besar seperti sekarang ini, tentu saja saya bisa menemukan banyak data menarik di Ahrefs.
Di beberapa forum dan bahkan linkedin, saya menemukan banyak yang curhat kalau traffic-nya turun.
Namun tentu saja, tidak untuk beberapa website ini.
Apa saja itu?
Website University, Kebanyakan Naik Trafficnya
Beberapa website .ac.id mendapatkan keuntungan, traffic organik beberapa website jenis ini naik dengan signifikan.
Misalnya:
Menarik bukan?
Mereka sempat turun waktu core update Agustus, kemudian stonks, naik lagi pada Google core dan spam update bulan Oktober ini.
Tebakan saya, mungkin karena efek kenaikan referring domain yang stonks juga sejak bulan mei 2o23 ( refer ke gambar di atas ).
Kalau melihat grafik pada gambar di atas, dan meneliti profil backlink mereka di Ahrefs, well, semacam agak “makesense” juga sih.
Menurut Anda bagaimana setelah melihat data di bawah ini?
Lalu, bagaimana dari sisi konten, apakah sangat berkualitas dan memenuhi standar guideline Google E-E-A-T?
Mari kita lihat, salah satu top keywords dan artikel mereka.
Setelah saya cek dengan word counter, artikel mereka ini hanya 600-an kata, tanpa eksternal link, hanya internal link saja, bahkan tidak ada author didalamnya.
Padahal, banyak pakar SEO yang bilang, faktor ekspertise, kepakaran atau author ini berpengaruh besar terhadap posisi di SERP (nanti juga ada pembahasan lebih detail terkait ini di bawah).
Bahkan, pada keyword “bhinneka tunggal ika”, ada 2 artikel mereka muncul di halaman 1 SERP, mengalahkan Detik dan Gramedia yang notabene artikelnya lebih panjang.
Jadi, bisa disimpulkan, artikel panjang belum tentu bisa selalu mendapatkan ranking bagus di SERP ya!
Menarik bukan? Apakah konten seperti ini sudah bisa memenuhi standar guideline Google E-E-A-T? Bisa menjawab user intent?
Well, tentu saja saya juga bingung dengan hasil seperti ini.
Dari kacamata seorang Content Writer, tentu saja konten mereka terlihat biasa aja, bahkan AI Chat GPT bisa bikin tulisan lebih bagus dari itu.
Namun yang pasti ada beberapa yang bisa saya simpulkan dari studi kasus ini:
- Strategi off page dengan backlink berkualitas mungkin bisa cukup berhasil untuk website universitas. Yang saya penasaran, bagaimana bisa mereka akuisisi backlink berkualitas secepat itu dengan biaya yang efisien? Kalau melihat gambar pertama, perkembangan backlink mereka luar biasa cepat hanya dalam beberapa bulan.
- Kalau Anda mau menyasar banyak niche, gunakanlah sub-domain bukan sub folder. Faktanya, pada halaman 1 SERP, ada 2 sub-domain dari website UMSU ini bisa nangkring pada satu kata kunci.
- Menurut saya ini anomali, mungkin saja, AI google belum bisa mengenali. Apakah Google membiarkan anomali seperti ini dalam jangka panjang? Tentu saja, hanya waktu yang akan menjawab.
Website Dengan Branding Yang Kuat Lolos Dari Update Ini, Bahkan Makin Stonks!
Dari pengamatan saya, website dengan branding yang kuat, dan digital PR mereka jalan dengan bagus, cenderung diuntungkan pada Google Core dan spam algorithm update oktober tahun 2023 ini.
Berikut ini beberapa contohnya:
Selain itu, kekuatan brand yang datanya saya paparkan di atas memang bukan kaleng-kaleng.
Ini artinya, di masa depan, SEO itu bukan hanya sekedar ranking di page one saja.
Namun, SEO akan lebih efisien dengan kerja tim, kolaborasi effort branding di media, sosial media dan tentu saja, optimasi on page juga off page.
Lalu, sebenarnya apa yang dimaksud dengan branding kuat dan digital PR yang bagus?
Untuk menjelaskan ini, kira kira Anda bisa buka halaman SERP berita di bawah ini yang akan dapat sedikit memberikan gambaran.
Dari beberapa tampilan tangkapan layar SERP diatas, terlihat jelas selalu ada berita baru terkait 3 brand tersebut dalam hitungan hari, bahkan jam.
Jadi, kalau nggak kuat modal inject backlink berkualitas dan banyak, mungkin bisa mulai spending di digital PR saja kali ya?
Benar tidak?
Yang pasti, digital PR adalah salah satu strategi SEO yang layak dicoba buat yang belum menjalankannya.
Website Niche Travel Banyak Terkoreksi
Ya, dari beberapa data yang saya temukan, niche travel tampaknya banyak turun.
Kalau nggak kalah dari media, ya dari website goverment seperti indonesia.travel.
Tidak ketinggalan travel blog saya catperku.com, kena koreksi juga.
Sedih, tapi ya, sebagai SEO strategist, nggak boleh menyerah, harus come back stronger lah!
Untuk beberapa data yang menurut saya menarik, kira kira di bawah ini:
Tidak seperti UMSU yang meroket setelah kenaikan growth backlink, traveloka malah cenderung stagnan, bahkan terkoreksi sejak Google core update Agustus.
Sikidang ini adalah salah satu kompetitor di beberapa keywords website saya.
Ini agak menarik, karena setelah, Google Core dan spam algorithm update oktober tahun 2023 ini, langsung terjun bebas.
Padahal growth backlink sudah tidak sekencang yang lainnya, cenderung turun malah.
Apa penyebabnya?
Apakah karena anomali growth baclink seperti terlihat di bawah ini?
Pola perkembangan naiknya backlink cepat, eksponensial.
Begitu juta turunnya, eksponensial juga.
Kenapa bisa demikian? Jawabannya hanya tuhan dan Google saja yang tahu.
Terus terang, kalau menemukan anomali growth seperti terlihat pada beberapa gambar diatas, saya jadi ingat studi kasus website yang ada dibawah ini.
Website ini berkembang dari nol, ke 50 juta-an organic traffic, lalu kemudian hanya bersisa 190 ribuan saja.
Terlihat nggak kemiripan pola datanya?
Strategi off page brutal dalam waktu singkat tidak selalu bikin sukses dalam jangka panjang.
Ya, tapi dengan traffic 190 ribuan, Google adsensenya juga masih gurih sih.
Punya 10 website seperti ini juga tembus sejutaan lebih total trafficnya.
Masih cuan lah!
Namun sepemahaman saya, SEO itu memang tidak bisa instan.
SEO adalah sebuah proses jangka panjang yang perlu kesabaran dan melelahkan.
Prosesnya juga rumit, namun begitu berhasil, cuan bisa berdatangan.
Makanya, jangan ditawar murah ya kalau pake jasa SEO.
O iya, omong omong, tadi sempet bilang kalau travel blog saya catperku.com juga turun.
Setelah saya selidiki lebih lanjut, ya ternyata wajar.
Travel blog saya kalah telak secara authority, trustworthiness, dan content freshness.
Yang merah merah itu konten saya kalah dengan brand resmi, instansi dan goverment.
Pun demikian, setelah sedikit update dan optimasi, beberapa topik bisa recover lagi dalam semingguan ( warna hijau di atas).
Terutama untuk topik yang yang memang secara standar guideline Google E-E-A-T saya berpeluang menang.
Pada topik yang naik tersebut, memang saya buat berdasarkan pengalaman pribadi, relevan dengan ekspertise saya.
Hanya saja, beberapa data memang outdated, sehingga harus saya update.
Dan voila, semoga recover lagi deh sampai seperti normal sedia kala.
Website Media Nasional, Menang Banyak!
Jaman sekarang ini, keywords apa aja diambil sama media, mau evergreen atau bukan, asal ada traffic, hajar!
Yang menarik, pada Google Core dan spam algorithm update oktober tahun 2023 ini, beberapa media besar banyak mendapatkan keuntungan.
Saya penasaran sih, apa yang menyebabkan hal ini bisa terjadi.
Padahal kalau kata seorang temen, website media cenderung suka abuse SEO ( beneran, bukan kata saya ya ).
Oke, tidak usah berprasangka buruk, karena yang menarik dari SEO itu, kamu bisa menarik kesimpulan berdasarkan data yang ada.
Mungkin saja, mereka memang menerapkan standar guideline Google E-E-A-T, sehingga bisa ranking dengan bagus.
Kita ambil contoh, salah satu top page salah satu media, yang mana mereka bisa nangkring di halaman 1 SERP dengan 2 konten.
Konten tersebut membahas tentang AI, kalau mengacu standar guideline Google E-E-A-T, harusnya penulis adalah expert dalam AI.
Apakah demikian? Mari kita lihat konten dan penulisnya.
Sekarang, mari kita lihat tulisan lain dari penulis.
Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda harus menjadi AI expert untuk bisa nangkring di halaman 1 SERP?
Mungkin tidak perlu, kalau Anda menulis untuk media besar yang secara metrik sudah kuat.
Tapi ya lagi lagi, jawaban yang benar hanya tuhan dan google yang tahu ya.
Saya sendiri tetap menyarankan untuk membuat website dan konten yang mengacu standar guideline Google E-E-A-T.
Apalagi jika kamu hanya seorang blogger biasa.
Beberapa Hal Yang Mungkin Menyebabkan Traffic Turun Setelah Google Update Apocalypse Bulan Oktober 2023 Dan Solusinya
Oke, dari pengamatan saya pada banyak data ( yang sebagian saya paparkan diatas ), ada beberapa hal yang bisa menjadi hipotesa, penyebab kenapa website saya dan Anda bisa turun karena Google Core dan spam algorithm update oktober tahun 2023 ini.
Topical Authority
PS: kalau mau tahu apa itu topical authority, baca saja artikel ahrefs.
Dari beberapa pengamatan pola data, website yang fokus pada satu niche/topik saja cenderung bertahan dari sebagian besar google update yang pernah terjadi.
Saya melihat ada beberapa blog gado gado yang memisah niche/topik dengan sub folder seperti
- https://www.ex-ample.com/kesehatan/konten-kesehatan
- https://www.ex-ample.com/finance/konten-finance
- Dan seterusnya..
Cenderung gampang goyang ketika ada core update.
Kalau memang niatnya mau kejar berbagai macam topik, strategi terbaik adalah dengan metode sub-domain atau sekaligus dengan domain utama yang berbeda
Beberapa contoh penerapan strategi subdomain adalah seperti yang dilakukan detik dan kompas:
- inet.detik.com
- news.detik.com
- tekno.kompas.com
- health.kompas.com
- dan masih banyak lagi.
Bahkan kompas sendiri punya website kompas.tv yang isinya khusus untuk konten video.
Hanya saja, strategi ini memang agak merepotkan, karena perlu maintenance beberapa sistem sekaligus.
Cuma kalau melihat traffic yang dihasilkan, metode sub-domain ini adalah metode terbaik jika mau scale up sampai batas langit tanpa mengorbankan branding.
Dari update google ini, saya juga menemukan kalau topical authority saja tidak cukup.
Sebuah konten juga harus bisa dapat dipercaya, mengacu pada “Trustworthiness” Google E-E-A-T.
Trustworthiness
Nggak heran, kalau beberapa konten travel blog saya turun, karena memang konten tersebut kalah terpercaya dari brand aslinya.
Padahal kalau dari sudut pandang niche/topik, ya masih masuk dalam kategori travel juga.
Bagaimana untuk meraih yang namanya “Trustworthiness” ini?
Ya kalau sesuai guideline, penulis konten haruslah ekspert di bidang yang dia tulis.
Atau minimal, ada pakar yang mereview tulisan itu seperti contoh di bawah ini:
Lantas, kenapa meski penulisnya bukan pakar di bidangnya, atau bahkan nggak ada data penulisnya masih bisa ranking?
Sekali lagi, faktor ranking di google itu banyak, jadi ya, terus saja berusaha.
Karena terus terang, saya juga bingung pada anomali seperti itu.
O iya, hampir lupa, jangan lupa juga buat pasang author schema di website/artikel Anda ya.
Hipotesa saya, Google akan membaca data ini, untuk kemudian dikalkulasikan dengan big data yang mereka punya dan diperhitungkan dalam faktor rangking SERP.
Contohnya kalau di cek dengan https://validator.schema.org/ atau https://search.google.com/test/rich-results?hl=id adalah sebagai berikut:
Lantas bagaimana cara implementasinya? Google saja, banyak kok.
Kalau pake wordpress, tinggal pasang plugin aja malah.
Content Duplication
Ini sudah jelas, sudah cukup sering saya menemukan sebuah konten susah ranking di SERP karena banyak duplikasi dan kanibalisasi keywords.
Solusinya, tentu saja hapus dan redirect konten yang menjadi duplikat.
Hanya saja, lumayan susah untuk deteksi konten yang terindikasi duplikat ini.
Content Quality history
Ini salah satu hipotesa saya, yang harus dibuktikan.
Namun ada studi kasus menarik terkait content quality history ini.
Ada sebuah konten Artikel A, yang bisa muncul di halaman pertama SERP untuk dua buah keyword.
Sebagi ilustrasi, misalnya ada keyword “aplikasi” dan “contoh aplikasi”.
Sayangnya, Artikel A ini hanya bisa ranking 1 di “contoh aplikasi” namun tidak stabil, bahkan tidak bisa rangking satu sama sekali di keywords “aplikasi”.
Bahkan di keywords “contoh aplikasi”, ada Artikel B yang sering muncul dalam kondisi “Indented“.
Maunya kan kedua keywords tersebut ranking 1 kan ya?
Jadi ada ide dan solusi untuk memecah kedua keywords yang ada di Artikel A.
Idenya kira kira seperti ini, dipecah ke dua artikel dimana:
- Artikel A: fokus untuk incar keyword “aplikasi”.
- Artikel B: fokus untuk incar keyword “contoh aplikasi”.
Hingga akhirnya dipecah artikel tersebut, dengan fokus optimasi Artikel A untuk keyword “aplikasi” dan Artikel B untuk keywords “contoh aplikasi”.
Solusi ini cukup berhasil, keywords “contoh aplikasi” bisa bertahan cukup lama, nangkring di ranking 1, dan keywords “aplikasi” bisa stabil di rangking 2.
Hingga kemudian, Google Core dan spam algorithm update oktober tahun 2023 roll out.
Artikel A drop ranking, Artikel B hilang dari SERP setelah bertahun tahun nangkring kuat di halaman pertama.
Baru pertama kali ini saya bertemu kasus seperti ini, terutama untuk konten yang dibuat secara manual, mengacu standar guideline Google E-E-A-T.
Kok bisa ya? Saya pun garuk-garuk kepala.
Setelah melakukan audit, dan beberapa pengecekan, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan hal ini:
- Secara metrik ( linkback, internal link, anchor text dll) Artikel A memang jauh lebih bagus dibanding Artikel B, jadi secara historis, seharusnya Artikel A akan tetap bisa ranking di keyword “contoh aplikasi” dan “aplikasi” meskipun ada google update. Hanya saja, secara konten Artikel A ini sudah tidak dioptimasi untuk keyword “contoh aplikasi” ( deoptimasi). Jadinya, Artikel A tidak bisa cover keywords tersebut kalau mengacu standar guideline Google E-E-A-T.
- Nah, karena topik yang mirip, Artike B dianggap sebagai duplikat dari Artikel A, sehingga ketika ada google update, Artikel B ini langsung hilang tak berbekas dari SERP. Ditambah lagi, secara metrik ( linkback, internal link, anchor text dll) kalah jauh dari Artikel A.
Lantas apa solusinya?
Kemungkinan ya menggabungkan kembali Artikel B dengan Artikel A, kejar kedua keyword tersebut dengan artikel A.
Ya, merepotkan memang, tapi begitulah dunia SEO, dinamis sekali.
Makanya saya lebih betah disini daripada di dunia programming.
Categorization
Meskipun hanya fokus ke satu niche/topik, pengelompokan konten yang buruk atau terlalu umum juga mungkin bisa menjadi penyebab website turun pada google core dan spam update kali ini.
Hipotesa saya, mengelompokkan konten dalam kategori yang acak bisa mempengaruhi performance konten kalau mengacu standar guideline Google E-E-A-T.
Selain terkait internal link yang relevan, asumsi saya, google akan bingung menentukan apakah website tersebut menguasai “Topical Authority” atau tidak.
Sebagai ilustrasi, misalnya saya punya website niche travel akan lebih baik mengelompokkan konten seperti berikut ini:
- /kategori/pantai/semua-artikel-pantai
- /kategori/gunung/semua-artikel-gunung
Daripada mengelompokkan konten dengan kategori seperti ini:
- /kategori/traveling/semua-artikel-pantai
- /kategori/jalanjalan/semua-artikel-gunung
- /kategori/backpacker/semua-artikel-kuliner
Tapi sekali lagi, ini baru hipotesa, perlu waktu dan data untuk pembuktiannya.
Hanya saja, kalau mengacu ke website media yang memanfaatkan strategi sub-domain, seharusnya ini tidak jauh berbeda.
Content Freshness
Content freshness ini mengacu seberapa baru konten yang Anda buat.
Sebenarnya faktor ini sudah mulai terlihat sejak helpfull content update Desember 2022 yang lalu.
Namun sepertinya semakin bar-bar semenjak Google Core dan Spam Update oktober tahun 2023 ini.
Sekarang, konten baru dan terupdate cenderung bisa mendapatkan ranking yang bagus di SERP.
Saya sudah sering membuktikan ini sih, jadi ya kalau memang kontennya sudah outdated, segera diupdate saja.
Jadi, ucapkan sayonara write and forget evergreen content.
Nggak rutin di-update, bakalan susah ranking di halaman 1 sepertinya.
Spam Linkback
Ini juga menjadi salah satu faktor, banyak dapat external linkback spam entah karena ada yang iseng, atau karena ada yang scrapping konten website anda.
Kata Google sih nggak masalah, karena Google tau mana yang spam, mana yang bukan.
Namun, daripada insecure, sebaiknya tolak link saja dengan Disavow Tool google.
Content Scrapped
Ini juga sering terjadi, apalagi di era Generative Ai seperti sekarang ini.
Saya sempat baca ( tapi saya lupa dimana ), kalau konten duplikat ini bisa menjadi masalah, bahkan bisa mengalahkan ranking konten original.
Saya sendiri pernah menemukan yang seperti ini di tempat saya bekerja.
Hingga ujungnya, somasi datang kepada yang scrapping konten tersebut karena lapor Google DMCA gagal.
Solusinya bagaimana? Beberapa yang bisa dilakukan seperti ini:
- Sering sering audit akses log server, untuk blokir akses ip address yang aneh ( terutama yang polanya berulang).
- Kalau target marketnya Indonesia, blokir saja akses dari negara lain. Karena scrapper itu biasanya memanfaatkan server luar negeri.
Saya sendiri cukup sukses melakukan total blokir para scrapper dan website AGC dengan bantuan Cloudflare.
Interesting Finding
Disini saya menemukan beberapa ide menarik, yang mungkin bisa di test, untuk sekedar challenge algoritma google.
Ya karena pada dasarnya SEO itu dasarnya adalah curiosity, rasa keingin tahuan dan tentu saja, riset dan testing tanpa henti sampai nanti.
Create Fake Persona, Is It Works?
Terkait trustwhortiness, bagaimana jika misalnya kita bikin fake persona dengan AI, lalu buat semua akun fake dengan persona tersebut.
Jadi tidak hanya bikin fake persona di author website saja, namun sampai sejauh buat akun socmed, posting di forum dll.
Apakah akan berhasi? Saya tidak tau, tapi saya berminat untuk mencobanya.
Fully Automated Content Generation With Chat GPT, Tapi Dengan Review Expert / Pakar?
Di era AI seperti sekarang, ini sepertinya menjadi salah satu metode yang bisa scale up, dan menarik untuk dicoba.
Faktanya, dengan OpenAI API, dengan budget 1 jutaan saja, anda bisa buat sekitar 1000 an konten baru.
Harga yang murah untuk sebuah penelitian.
Saya lagi testing ini, kalau hasilnya sudah bisa didokumentasikan, mungkin akan saya bagikan di bloggerpi.com ini.
Ada Komentar Atau Mau Berbagi Ide? Monggo, Silahkan!
Nah, untuk sementara, itulah pemikiran saya terkait Google Core dan Spam update di bulan oktober tahun 2023 ini.
Semoga update kali ini belum permanen ya, karena sepertinya SERP Google malah makin kacau balau.
Lalu selain itu, kalau Anda ada ide atau mau berbagai ide terkait ini, mari kita berdiskusi di kolom komentar!
Kalau mengikuti Google emang capek bro, nyante bae kate tetangga inyong 🙂
Wes gak bisa mikir saya. Kacau balau bener algoritma ini.